JalurDua.Com, Bulukumba – Pemerintah Kabupaten Bulukumba Melaksanakan Upaya Pencegahan Stunting dari Hulu
Pemerintah Kabupaten Bulukumba melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) melaksanakan upaya pencegahan stunting dari hulu. Upaya ini diwujudkan melalui kegiatan advokasi, sosialisasi, dan fasilitasi pendewasaan usia perkawinan serta pencegahan pernikahan usia anak jalur nonformal di 10 kecamatan.
Kegiatan ini dilakukan bekerja sama dengan Tim Penggerak PKK Bulukumba, Kementerian Agama Bulukumba, dan para camat se-Kabupaten Bulukumba. Dilaksanakan sejak 13 hingga 19 Juni 2024, kegiatan ini dihadiri oleh remaja masjid, karang taruna, dan para orang tua yang memiliki remaja.
Ketua TP PKK Bulukumba, Andi Herfida Muchtar, sebagai narasumber, membahas risiko-risiko pernikahan anak dan dampaknya terhadap masa depan mereka. Herfida berharap remaja menikmati masa remaja dengan menuntut ilmu, mengembangkan kreativitas, dan berbuat baik, sehingga dapat mandiri dan berkontribusi kepada bangsa untuk mencapai generasi emas tahun 2045.
Pendewasaan usia perkawinan diperlukan karena banyaknya kasus pernikahan dini dan kehamilan tidak diinginkan. “Menikah di usia dini sering menyebabkan ketidakharmonisan, perselisihan, perselingkuhan, dan KDRT,” terang Herfida.
Kepala Kantor Kementerian Agama, H. Misbah, menambahkan bahwa banyaknya pernikahan anak berdampak pada tingginya angka perceraian di Bulukumba. Ia mengajak para orang tua menjaga anak-anak mereka dari pergaulan bebas yang bisa merusak masa depan. “Hindari pernikahan dini untuk mencegah lahirnya anak-anak stunting baru,” ajaknya.
Dalam penanganan stunting, Pemerintah Kabupaten Bulukumba melakukan berbagai intervensi, baik spesifik maupun sensitif. Intervensi spesifik fokus pada 1000 Hari Kehidupan Pertama (HPK) dengan memberikan gizi dan kesehatan kepada ibu hamil dan bayi di bawah dua tahun, termasuk pemberian makanan tambahan dan susu tumbuh kembang yang mengandung gain 100. Ibu hamil dengan status Kurang Energi Kronis (KEK) juga diberikan susu khusus untuk mencegah kelahiran anak stunting.
Intervensi sensitif mencakup penataan lingkungan kumuh serta penyediaan air bersih dan sanitasi yang layak.(*)