Jalurdua.com mengucapkan Selamat Hari Pers Nasional Indonesia 9 Februari 2024

Become a member

Get the best offers and updates relating to Liberty Case News.

― Advertisement ―

spot_img

Saat Demokrasi Nyemplung ke dalam Secangkir Kopi

"Ngopi dulu, jangan kampanye terus, ntar kelebihan suara di TPS. Gak enak sama yang lain," itulah kalimat pertama saya pada seorang caleg muda dalam...
BerandaKopi PanasAnyelir Masih Melacur

Anyelir Masih Melacur

Namanya, sebut saja Anyelir. Bukan Mawar. Perempuan cantik seperti dia sangat berlimpah di negeri ini. Hanya nasib mereka yang beragam. Apakah para perempuan seks komersil juga terdampak pandemi covid-19? “Ya, kami salah satu kaum pekerja yang terdampak dan terpukul!” Kata Anyelir.

“Bukankah kalian adalah kaum yang memang sejak dulu menggantungkan nasib pada pekerjaan pukul memukul?” Kata saya.
“Ah mas bisa aja,” sahut Anyelir sambil tertawa.

Istilah pelacuran sangat membumi di negeri ini. Bahkan sampai merangsek penggunaaannya ke hal lain. Pada akhir dasawarsa 1950’an dan awal 1960’an ramai diperbincangkan apa yang disebut ‘pengkhianatan intelektual’, yang dipertajam dengan istilah ‘pelacuran intelektual’. Kaum intelektual disarankan agar mengambil jarak dari kekuasaan dan penguasa, agar tidak mengkhianati kebenaran dan keadilan yang mereka perjuangkan. Walhasil banyak intelektual ambil jarak dari kekuasaan, sehingga terselamatkan dari pengkhianatan revolusi. Tetapi sekarang, ramai-ramai kaum terpelajar merapatkan diri ke barisan kekuasaan.

Suatu malam yang luang, saya sempatkan mengobrol dengan Anyelir secara virtual. Banyak kisah menarik yang dia bisa paparkan dan itu bisa berarti sia-sialah makanan sisa-sisa buka puasa yang saya siapkan. Lantaran banyak obrolannya yang sayang jika dilewatkan.

Anyelir seperti PSK lain pada umumnya, selalu beranjak dari alasan paling klasik, “Faktor ekonomi, mas.” Ketika wabah menyapa dan physically distancing digencarkan maka menurunlah penghasilan Anyelir.

Anyelir seperti perempuan perkasa lainnya tidak kehilangan akal. Dia kini memanfaatkan salah satu platform media sosial yang memungkinkan dirinya bisa menjajakan diri secara online. Mulai booking hingga sekadar video call sex di mana para peminatnya tinggal mentransfer pulsa bahkan uang ke rekening.

Namun media sosial bukan tempat aman. Di sana banyak bertebaran akun fake yang kerap melakukan penipuan. Mereka inilah yang juga sangat merugikan akun-akun PSK yang asli. Modusnya biasanya memajang foto profil cewek sexi dilengkapi video vulgar dengan deskripsi bisa bo (booking) ataupun video call sex. Peminat harus mentransfer DP dalam jumlah tertentu. Setelah transfer berhasil si penipu pun menghilang tanpa jejak. Besoknya muncul lagi dengan akun baru.

Apakah Anyelir tidak rindu kampung halaman? Tentu saja rindu berat dan Anyelir harus bisa menuntaskan impiannya mengumpulkan uang banyak agar bisa segera membuka usaha dan hijrah dari pekerjaannya yang sekarang.

Anyelir bisa saja pulang kampung.Namun pandemi membatasi keinginannya. Anyelir sesungguhnya beruntung. Dia memang melacur dan masih tetap melacur. Pendidikan yang tidak tinggi dan jauh dari kemapanan secara turunan justru menghindarkan Anyelir dari perbuatan melacurkan intelektualisme.

Pustaka RumPut, 13 Mei 2020