Jalurdua.com, Bulukumba- Sejak virus Covid-19 mewabah di Wuhan, Cina, negara-negara di dunia saat ini melakukan antisipasi dini. Sejumlah cara dilakukan. Termasuk di Indonesia.
Di Rumah Sakit Umum Sulthan Dg Radja Bulukumba, Sulsel, edukasi Virus Corona yang paling utama dilakukan. Kepada Dokter, Pasien, hingga masyarakat umum melalui media untuk penyebarluasan informasinya.
Pengalaman pada Januari lalu, RS Bulukumba pernah mendapat rujukan Suspect Corona. Saat itu Publik gempar. Khawatir akan terjangkit. Padahal saat itu, pasien hanya mengalami gejala awal yang sama. Hingga akhirnya dinyatakan saat itu diserang Langiritis. Masih jauh untuk dikatakan Corona.
Humas RS Bulukumba, Gumala Rubiah menyampaikan, Kamis (5/3/2020) lalu, RS Bulukumba mengumpulkan sejumlah tenaga medis hingga tingkat kecamatan. Satpam, dan juga ‘Customer Servise’.
Kata Mala, kerap ia disapa, 2 dokter ahli menyampaikan edukasi. Yaitu dr. Syamsuddin sebagai manifestasi klinis dan tatalaksana Covid-19. Dan dokter, Hajja Ariani Said Culla selaku penvegah dan pengendalian Covid-19.
Kata Gumala, pada pertemuan itu ditekankan bagaimana mengkategorikan orang sebagai suspek (pasien dalam pengawasan) dan dan pasien dalam pemantauan.
“Kalau pemantauan biasa, bcukup di isolasi di rumah dan di pantau Surveilens pada perkembangan penyakitnya,” Ujarnya, Sabtu (7/3/2020).
Namun, pasien yang berkunjung perlu Skrining. Yaitu deteksi dini terhadap penyakit dan menjadi fokus perhatian. Untuk kasus Covid-19 skrining melalui pertanyaan atau dalam bahasa medis Anamnese. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemeriksaan lanjutan.
Skrining yang dilakukan oleh pihak tenaga medis mulai ditingkat Puskesmas dengan mengajukan pertanyaan ke pasien atau kerabat pasien diantaranya, apakah pasien batuk, demam dan kesulitan bernafas.
Petugas medis juga harus mengetahui apakah pasien pernah melakukan perjalanan ke Wuhan, Cina dalam 14 hari terakhir, ataukah pasien pernah melakukan kontak dengan pasien lain yang terjangkit Covid-19.
Selain itu, pasien juga ditanya apakah pernah kontak dengan hewan, unggas, ular dan mamalia lainnya.
” Jika ada Suspect, maka dimasukan ke tuang Isolasi RS. Dan dilihat dari gejala klinis sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang. Namun Positif tidaknya pasien, tergantung hasil pemeriksaan SWAB tenggorokan yang hanya bida dilakukan oleh Litbangkes, di Makassar, ” Ujarnya.
Sehingga alurnya, pasien dengan kategori dalam pengawasan harus dirujuk ke RS rujukan yang telah ditunjuk. Saat ini di Sulsel, ada RS Wahidin Makassar.
Yang tak kalah penting kata Mala, masyarakat tidak boleh panik, tapi petugas yang harus responsif. (Uno)
Sumber : Rakyatku.com