Jumat, November 8, 2024

Cancut Taliwondo: Pelajaran dari Masa Kemerdekaan untuk Transisi Kekuasaan yang Lebih Baik

Oleh: Agusto Sulistio – Pegiat Sosmed

Dalam tradisi Jawa, ungkapan “cancut taliwondo” memiliki arti bersegera berangkat mengerjakan tugas. Filosofi ini menekankan pentingnya bekerja sama dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan bersama. Semangat ini pernah menjadi roh perjuangan pada masa awal kemerdekaan Indonesia, saat para pemimpin berkomitmen penuh membangun negara yang baru merdeka, tanpa memandang perbedaan ideologi, dan latar belakang politik.

Teladan Cancut Taliwondo

Pada era kemerdekaan, pemimpin-pemimpin, seperti Bung Karno, Hatta, Cipto Mangun Kusumo, Sjahrir, Budi Utomo, dll, menerapkan semangat cancut taliwondo dalam berbagai aspek. Dari penyusunan undang-undang hingga penyelenggaraan pemerintahan, mereka bekerja bersama secara sungguh-sungguh. Perbedaan ideologis dan politik tidak menjadi penghalang; justru mereka bersatu demi cita-cita besar kemerdekaan. Kolaborasi ini menjadi fondasi yang kokoh bagi Indonesia yang baru lahir saat itu pada 17 Agustus 1945.

Transisi Kekuasaan Saat Ini, Kontras yang Memprihatinkan

Namun, situasi saat ini tampak berbeda jauh. Transisi kekuasaan dari Presiden Joko Widodo ke Prabowo Subianto, yang bertepatan dengan persiapan pelantikan presiden dan wakil presiden pada bulan Oktober 2024 mendatang, diwarnai oleh berbagai peristiwa politik yang tidak mencerminkan semangat cancut taliwondo. Ketegangan dan persaingan kekuasaan lebih menonjol, dengan masing-masing pihak tampak lebih mementingkan dominasi daripada persatuan dan kerja sama untuk kemajuan bangsa.

Isu-isu seperti perdebatan mengenai kebijakan investasi, ekonomi, politik, kabinet, penasihat presiden, persyaratan usia calon kepala daerah, hingga yang terjadi baru-baru ini, adanya kontroversi pemanggilan Sekjen PDI-P oleh Polda Metro Jaya, ini memperlihatkan ketidaksepahaman yang mendalam. Lemahnya civil society, Pers, aparatur negara, penegakan hukum (rule of law), memperburuk situasi, memicu ketidakpuasan yang memunculkan pro-kontra pernyataan dan tindakan yang berpotensi memecah belah bangsa. Ketidakpercayaan terhadap pemerintah semakin meningkat, sementara kepemimpinan yang diharapkan menjadi panutan justru gagal menunjukkan arah yang jelas.

Pembelajaran dari Venezuela

Situasi yang kita rasakan bersama, mengingatkan pada transisi kekuasaan di Venezuela dari Hugo Chávez ke Nicolás Maduro. Ketidakmampuan untuk menjaga persatuan dan mengelola perbedaan membawa negara tersebut ke dalam krisis multidimensi yang mendalam. Ekonomi Venezuela runtuh akibat kebijakan kontroversial dan jatuhnya harga minyak, memicu krisis sosial yang meluas. Protes besar-besaran, bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan, serta campur tangan internasional memperparah ketidakstabilan politik. Krisis ini menunjukkan betapa pentingnya semangat cancut taliwanda dalam mengelola transisi kekuasaan.

Urgensi Menghidupkan Kembali Semangat Cancut Taliwondo

Dalam konteks transisi kekuasaan saat ini, Indonesia perlu belajar dari pengalaman Venezuela. Menghidupkan kembali semangat cancut taliwondo adalah kunci untuk mengatasi ketegangan dan menjaga persatuan bangsa. Para pemimpin harus menahan ego mereka dan bekerja sama demi kebaikan bersama. Hukum harus menjadi panglima, menegakkan keadilan dengan bijak dan adil. Kepentingan bangsa harus ditempatkan di atas kepentingan pribadi atau kelompok.

Masa peralihan kekuasaan seharusnya dijalankan dengan rasa saling memiliki dan menjaga persatuan. Ini bukan saatnya untuk memperdebatkan hal-hal kecil yang memecah belah, tetapi untuk berkolaborasi, mencari solusi bersama, dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.

Penutup

Menghadapi transisi kekuasaan, Indonesia harus berkaca pada semangat cancut taliwondo dari masa kemerdekaan. Kerja sama, kebijaksanaan, dan penegakan hukum yang adil adalah pilar-pilar penting untuk menjaga stabilitas dan memajukan bangsa. Belajar dari krisis yang dialami Venezuela, kita harus berusaha keras untuk menghindari jebakan yang sama dan memastikan bahwa masa depan Indonesia tetap cerah dan penuh harapan.

Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa 4 Juni 2014 – 11:54 Wib.

Hot this week

Modernisasi Pemilu 2024 Dimulai: e-Coklit Permudah KPU Bulukumba dalam Verifikasi Data Pemilih

JalurDua.Com, Bulukumba.---Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bulukumba memulai proses...

Topics

Modernisasi Pemilu 2024 Dimulai: e-Coklit Permudah KPU Bulukumba dalam Verifikasi Data Pemilih

JalurDua.Com, Bulukumba.---Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bulukumba memulai proses...

Tiga Lokasi Dipertimbangkan untuk Debat Publik, KPU Siapkan Siaran Langsung Nasional

JalurDua.Com, Bulukumba.---Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bulukumba mengumumkan perubahan...

GEKANAS Mendorong Mahkamah Konstitusi Kembali Pada Fungsi Keadilan Bagi Rakyat

Foto: Pengurus GEKANAS bersama Buruh Pekerja di depan Gedung...

Emak-emak Dukung Pram Doel, Elektabilitasnya Naik

JAKARTA — Sosok Pramono Anung dan Rano Karno kini...

Komitmen Agraria Presiden, Dewan Pakar Agraria Usul Bentuk “Dewan Pertimbangan Agraria”

Presiden Prabowo, dalam rapat kabinet perdananya, menegaskan kembali komitmennya...

Publik Mendesak Audit Forensik dan Fraud pada PT PP Tbk, Demi Transparansi dan Akuntabilitas

Dalam beberapa waktu terakhir, muncul dorongan kuat dari publik...

Ketika Pemilu Hadapi Blank Spot: Upaya KPU Bulukumba Menjangkau 13 Desa Tanpa Internet

JalurDua.Com, Bulukumba.--Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bulukumba, Sulawesi Selatan, telah...

KPU Bulukumba Segera Ganti 87 Surat Suara yang Rusak, Proses Sortir Berjalan Lancar

JalurDua.Com, Bulukumba.---Proses sortir dan pelipatan surat suara Pilkada di...

Related Articles

Popular Categories

spot_imgspot_img