Jalurdua.com, Bulukumba- Jika warung kopi atau kafe pada umumnya menampilkan ornamen unik untuk spot foto pengunjung, kedai kopi yang satu ini terbilang berbeda.
Terletak di Poros Bulukumba-Sinjai, Tepatnya di Kelurahan Palampang, Kecamatan Rilau Ale, Bulukumba, sekitar 50 meter dari Kantor Camat Rilau Ale. Kedai Kopi Ala Alfian Nawawi dapat dinikmati sembari membaca buku.
Kedai kopi yang satu ini sebenarnya belum resmi beroperasi. Namun setiap hari sudah kerap diramaikan pengunjung. Menu kopi bahkan belum ada meskipun pengunjung sudah bisa memesan minuman jenis lain seperti: cokelatera panas atau dingin, teh Lingua, dan kue puding. Pengunjung bisa membaca gratis buku-buku bacaan yang disediakan. Bahkan sudah bisa menikmati Wi-Fi. Kedai kopi ini memang menyajikan konsep literasi.
Alfian Nawawi memang dikenal seorang penggiat literasi. Bersama istri dan anaknya, ia mengelola dua rumah baca, Dihyah PROject di Palampang dan Pustaka RumPut di Tanete, Kecamatan Bulukumpa. Alfian juga dikenal salah seorang pendiri Forum Pustaka Bulukumba dan penggagas Gerakan Pojok Baca 137. Tidak heran kedai kopinya pun bernuansa literasi. Kedai kopi ini pun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pojok baca Dihyah PROject.
“Konsep literasi kedai kopi kami dimaksudkan sebagai salah satu bagian dari gerakan literasi. Mendekatkan buku dengan masyarakat khususnya para pengunjung. Bukan hanya tempat nongkrong para penggiat literasi untuk bersilaturahim dan diskusi, kedai kopi ini juga mengemban misi literasi berbasis inklusi sosial. Segala umur dan kalangan bisa nongkrong di sini. Diskusi-diskusi formal maupun informal dapat dilakukan setiap saat. Baik diskusi literasi maupun topik lainnya.” Urai Alfian.
Alfian Nawawi yang juga seorang penulis buku juga memaparkan relevansi antara diskusi dan pangsa pasar, mantan penyiar Radio Cempaka Asri FM ini , “”Dengan diskusi-diskusi berbagai perihal kita dapat membuka ruang bagi semua kalangan seperti petani, wiraswasta, UKM, dan lainnya. Kami membuka kran bagi talkshow seputar pertanian, ekonomi produktif, kamtibmas, dan sebagainya. Jadi bukan hanya soal buku.”
Saat ditanya kapan Kedai Kopi Litera resmi beroperasi, Alfian menjawab, “Pelan-pelan. Ini saja masih berproses menuju 100 %. Tunggu infonya.” Jawabnya tersenyum.
Meskipun mengaku belum menyediakan menu kopi namun ketika jurnalis Jalurdua.com mencicipi “Kopi Literaspresso” (limited edition), rasanya sungguh “wah.” Cita rasa Eropa dan Asia terhimpun dalam secangkir kopi itu. (Uno)