Bulukumba, JalurDua.Com – Semua anak muda pasti punya mimpi dan yang terpenting adalah semangat. Seperti gadis ini dan beberapa anak muda Bulukumba lainnya. Mereka selalu bersemangat menebar virus. Bukan virus berbahaya seperti covid-19. Melainkan virus literasi.
Senin sore (29/6/2020) dengan cuaca bersahabat, Jalurdua.Com menyempatkan bercengkerama dengan seorang gadis. Langit biru cerah di Dusun Bentenge, Desa Bontoharu, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Pada sebuah beranda rumah kami dikelilingi sekumpulan bocah. Ada yang asyik bermain. Ada pula yang sedang melahap buku bacaan. Setumpuk buku memang tampaknya sengaja disediakan di teras rumah kediaman keluarga Fathana, nama gadis alumnus Akuntansi dari UIN Makassar itu.
“Awalnya gerakan ini saya lakukan sendiri, melihat keresahan adik-adik saya maupun anak-anak tetangga yang tidak bisa mengikuti proses belajar di sekolah dalam masa pandemi. Saya dibantu adik saya yang cowok dan masih mahasiswa bersama temannya, kami berupaya mencipta ruang kecil untuk mengajari adik-adik itu.” Kata Fathana sambil matanya sesekali mengawasi anak-anak kecil yang asyik bermain di pekarangan.
“Rencananya di sini kami juga akan membuka pojok baca, kak. Namanya Teras Baca Fathana 137. Kami ikut dalam jaringan Gerakan Pojok Baca 137. Cuma koleksi buku kami masih sangat terbatas. Tentunya kami juga membuka ruang bagi siapa saja yang mau berdonasi buku-buku bacaan.”
“Lalu bagaimana ceritanya hingga nampak ramai sekali seperti ini kemarin?” Sembari JalurDua.Com menunjukkan beberapa foto di sebuah platform media sosial, berupa unggahan dokumentasi kegiatan belajar anak-anak yang jumlahnya sekitar 50-an orang. Lokasi kegiatannya berada di rumah Fathana.
“Ooh yang itu, kak. Belakangan saya baru tahu kalau ada pula gerakan literasi yang bisa mewadahi kami dalam kegiatan mengajar semacam ini. Namanya Gema Pandemi.”
Fathana menuturkan, Gema Pandemi adalah Gerakan Mengajar Pemuda Daerah Mengabdi. Sebuah proyek kerja pengabdian kaum muda, di tengah Pandemi Covid-19.
Fathana menguraikan, gerakan ini berangkat dari kekosongan yang mempertemukan beberapa pemuda di satu meja yang berisi kopi. Gerakan ini pertama kali digagas oleh Zulkarnain Musada dan teman-temannya yang konon bertemu dalam satu naungan organisasi. Gema Pandemi kemudian berdiri pada tanggal 2 Mei 2020 dengan kendali dipegang oleh Akhmat Dahsyat Firmansyah dan beberapa anak muda bersemangat lainnya.
Saat ditanya tentang siapa sosok yang membawa gerakan ini ke Desa Bontoharu, Fathana menjawab, ” Arni Yudistira yang pertama kali memperkenalkan gerakan ini di desa kami.”
Selama dua bulan berjalan, sudah ada 5 sektor yang dirambah oleh Gema Pandemi. Di antaranya sektor Rilau Ale, Bulukumpa, Herlang, Ujung Loe dan Ujung Bulu. Khusus sektor Rilau Ale ada dua desa yaitu Desa Bontoharu terdiri dari 3 kelas dan di Desa Karama ada 1 kelas.
“Mentornya siapa dan dari mana?”
“Mentornya adalah anak-anak muda asli dusun di sini, Kak.”
“Jumlahnya berapa?”
“Sekarang ada 20 mentor khusus Desa Bontoharu, kak.”
“Wah banyak juga. Salut. Kalian anak-anak muda yang Keren!”
Sebagai upaya preventif memutus mata rantai Covid-19, Fathana menuturkan bahwa para mentor mereka uusahakan masing-masing direkrut di setiap dusun.
“Sebagai upaya mencegah berinteraksinya anak-anak dengan orang dari luar lingkungan kami.” Jelas Fathana.
Langit mulai gelap ketika JalurDua.Com berpamitan. Semoga di lain waktu ada kesempatan ke dusun ini lagi. Dusun Bentenge, tempat anak-anak muda penebar virus literasi.(*)
Liputan: Uno
Editor : Alfian Nawawi