Jalurdua.com mengucapkan Selamat Hari Pers Nasional Indonesia 9 Februari 2024

Become a member

Get the best offers and updates relating to Liberty Case News.

― Advertisement ―

spot_img

BEI Dukung Penguatan Ekosistem Pasar Modal Dari Segala Lini

Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyambut baik dan mendukung penuh setiap upaya penguatan ekosistem pasar modal di segala lini. Seperti halnya yang dilakukan...
BerandaKesehatanITAGI Imbau Masyarakat Perangi Hoaks Terkait Vaksin dan Covid-19

ITAGI Imbau Masyarakat Perangi Hoaks Terkait Vaksin dan Covid-19

JalurDua.Com, Jakarta – Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) mengimbau masyarakat tidak terpancing dengan informasi keliru terkait vaksin Covid-19 dan harus memerangi berita bohong yang menghambat upaya pemulihan kesehatan akibat kondisi pandemi.

Sekretaris Eksekutif ITAGI, Julitasari Sundoro mengatakan, pemerintah dan masyarakat harus berkolaborasi untuk memerangi hoaks, agar Indonesia segera keluar dari kondisi pandemi. Di Indonesia, gerakan antivaksin menguat berdasarkan aliran kepercayaan, bahkan penolakan vaksin pernah dipublikasikan dalam jurnal The Lancet dan Elsevier.

“Bagi masyarakat menengah ke bawah mudah mempercayai hoaks, apalagi kalau berita disampaikan oleh tokoh pemuka,” kata Julitasari dalam talkshow bertajuk “Tolak dan Tangkal Hoax” yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), seperti dikutip di Jakarta, Senin (21/12).

Dia menyebutkan, sejauh ini sejumlah mitos mengenai vaksin banyak beredar misalnya anggapan vaksin adalah berbahaya dan ada juga klaim dokter ahli gizi yang menyatakan kuman disuntikkan kepada anak dengan daya tahan tubuh rendah, maka kuman akan menjadi aktif dan menginfeksi tubuh. “Ini adalah hal-hal yang keliru, misleading. Sebenarnya, vaksin yang akan kita pakai itu sudah inactive,” jelasnya.

Selain itu, ada juga klaim yang menyebutkan bahwa penanganan Covid-19 tidak perlu vaksin, karena hanya menghamburkan anggaran negara. Hoaks lain seputar vaksin Covid-19, yakni tudingan bahwa uji klinis di Bandung bersifat ecek-ecek, lantaran jumlah relawannya hanya 1.620 orang.

Faktanya, jelas Julitasari, uji klinis vaksin dilakukan secara multisenter di beberapa negara dengan jumlah total relawan mencapai 30.490 orang. Dia menambahkan, ada argumen yang dituduhkan gerakan antivaksin terbukti palsu. “Misalnya, soal tudingan vaksin MMR menyebabkan autisme. Padahal faktanya, data yang dipublikasikan di majalah Lancet tidak benar. Majalah itu lantas menarik artikelnya pada 6 Februari 2010,” terangnya.

Mitos lain seputar vaksin Covid-19, yakni ada yang menyebutkan bahwa sistem imun bayi tidak bisa mengatasi berbagai vaksin. Faktanya, justru semakin muda usia anak, maka semakin baik untuk diberikan imunisasi. Vaksin hepatitis B diberikan saat masih bayi, begitu pula dengan vaksin polio.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Septiaji Eko Nugroho mengatakan bahwa selama masa pandemi Manfindo mencatat jumlah hoaks Covid-19 sangat masif. Data Mafindo menunjukkan pada 2018, ditemukan 997 hoaks. Jumlah ini meningkat pada 2019 menjadi 1.221 hoaks seiring digelarnya pemilihan umum (Pemilu).

Namun pada tahun ini, hingga 16 November 2020 Mafindo mencatat ada 2.024 hoaks yang beredar di masyarakat. Bahkan, selama kurun Januari-November 2020 ditemukan 712 hoaks seputar Covid-19. Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai ranking kelima dunia persebaran rumor, stigma dan teori konspirasi seputar Covid-19.

“Ini berdampak serius pada terjadinya konflik sosial di masyarakat, ketidakpercayaan dan intimidasi terhadap rumah sakit dan tenaga kesehatan, serta abai protokol kesehatan. Kami menduga tingkat penerimaan hoaks vaksin akan dipengaruhi bagaimana mereka menerima hoaks tentang Covid-19,” ungkap Septiaji.

Dia menyatakan, hoaks tersebut banyak juga disampaikan oleh orang-orang yang berprofesi sebagai dokter atau menjabat sebagai profesor. Di media sosial banyak lahir kelompok-kelompok yang gemar menyebarkan hoaks Covid-19. “Mereka yang sudah percaya hoaks Covid-19 sangat mungkin percaya dengan hoaks vaksin Covid-19. Risikonya, mereka yang termakan hoaks menjadi enggan atau menolak program vaksinasi,” tuturnya. (*)