Bulukumba – Berbagai peristiwa tak terperikan dan menyisakan “misteri” banyak bermunculan di seputar pandemi Covid-19. Baru-baru ini di Bulukumba, Sulawesi Selatan, seorang anak yang ayahnya baru saja meninggal dunia dan divonis positif Covid-19, menginformasikan sesuatu yang sangat mengejutkan. Namanya Hasanuddin Hamid atau akrab disapa Udin alias Cak Din.
Cak Din melalui sebuah surat terbuka menuliskan sebongkah kisah getir dan pertanyaan-pertanyan yang sangat penting. Berikut isi surat terbuka yang ditulisnya dan juga diposting di beberapa platform media sosial.
Surat Terbuka buat:
- Ketua DPRD Kab. Bulukumba.
- Ketua Tim Gugus Tugas Covid 19 Blk.
- Kepala Dinas Kesehatan Bulukumba.
- Direktur Rumah Sakit Umum Sultan Dg. Raja.
Saya, Hasanuddin Hamid adalah anak pertama laki-laki dari Almarhum Drs. Abd. Hamid Sembo. Kami sudah sangat kooperatif saat ayah kami ditetapkan PDP oleh Tim Dokter. Bahkan sampai meninggal pun, kami setuju dilakukan dengan protokoler covid. Tentunya kami pun ingin menyampaikan dan bertanya terkait hak-hak kami dan keganjilan yg kami alami setelah kematian orang tua kami yaitu:
- Pada saat bapak saya msh kritis, kami sdh sepakat dgn dokter bahwa walaupun hasilnya blm keluar kami siap mengikuti protokoler covid pemakamannya. Dan benar adanya, beberapa menit kemudian meninggal. Yg jadi pertanyaan buat kami, mengapa tiba2 kami dapat info positif begitu meninggal? Secepat itukah?
- Mengapa sampai saat ini kami blm menerima Surat Keterangan Kematian dari RS?
- Mengapa sampai saat ini kami blm menerima surat keterangan bahwa orang tua kami positif covid?
- Mengapa jenazah org tua kami di RS saat itu harus menunggu sampai pukul 16.00 wita baru dipindahkan dari ruang perawatan padahal meninggal pukul 10.00 wita?
- Bukankah jenazah yg terkonfirmasi positif hanya butuh waktu 4 jam harus dikebumikan sementara jenazah ayah kami butuh waktu 7 jam lebih?
- Mengapa setelah 1 x 24 jam, rumah orang tua kami tidak ada penyemprotan diisfektan?
- Mengapa sampai saat ini tdk ada tracking kontak Almarhum?
- Mengapa sampai saat ini tdk ada konfirmasi apakah kami akan di swab?
- Mengapa register sampel swab bapak kami berubah-rubah dari 67 ke 57?
- Mengapa register terkonfirmasi positif bapak kami berubah-rubah dari 100 ke 102?
- Mengapa info dari rumah sakit bahwa sampel bapak kami di periksa di Sinjai sedangkan menurut tim gugus di Makassar?
- Dari Cluster manakah bapak saya sedangkan sdh 2 tahun terakhir tdk keluar rumah?
- Bukankah jenazah tdk bisa keluar RS jika tak ada surat kematian?
Dari pertanyaan-pertanyaan diatas, salahkah jika kami menyimpulkan bahwa Bapak kami sebenarnya POSITIF BUATAN?
Salam,
Cak Din
Surat terbuka Cak Din tersebut sontak menuai respon beragam dari warganet. Sampai saat ini belum ada konfirmasi, jawaban, dan penjelasan resmi dari pihak-pihak yang ditujukan oleh surat terbuka Cak Din.(*)
Liputan: Uno
Editor : Alfian Nawawi