Sosok Yuyun di Mata Para Sahabatnya

Waktu tidak pernah membatasi kenangan, terutama kenangan yang memiliki koneksi erat dengan seseorang yang sangat layak dikenang. Pepatah lama berbunyi, “Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.” Nama selalu bertaut lekat dengan segenap kenangan pada manusia pemilik nama itu.

Seperti pada sosok Yuyun Wahyuni, SKM. M.Kes. Bukan hanya kesedihan dan rasa kehilangan banyak orang terhadap kepergiannya. Almarhumah pun meninggalkan banyak kenangan terdalam. Kumparan Ingatan-ingatan itu begitu kuat melingkar-lingkar di benak dan hati keluarga, kerabat, kenalan, teman, maupun para sahabatnya.

Gelembung kenangan membuncah di benak Femi. Dia salah seorang sahabat dan teman kantor Yuyun. Di mata Femi, Yuyun adalah sosok yang baik dan rendah hati.
“Sebagai sahabat yang setia dan menyenangkan, saya mengenal Yuyun secara personal. Tidak suka menonjolkan diri. Dia selalu berupaya memegang teguh kepercayaan yang diberikan kepadanya.”

“Dia sangat disenangi karena sifatnya yang rendah hati dan juga selalu berusaha tidak mengecewakan orang lain. Tidak pernah ingin mendahului apalagi mencederai kepercayaan yang diberikan.” Kenang Femi dengan mata berkaca-kaca.

Langit Kota Bulukumba pun menumpahkan hujan, mengiringi kepergian Yuyun. Genangan air hujan seperti melukiskan air mata di berbagai penjuru.

“Beliau pekerja keras. Penuh tanggung jawab terhadap pekerjaaannya. Mungkin karena itu dia biasanya lupa dengan kondisi kesehatannya sendiri. Beliau sangat rajin bekerja. Ibu Yuyun itu orangnya sangat berdedikasi dalam pekerjaan. Apapun tugas yang diberikan pimpinan pasti beliau selesaikan. Loyal sekali.” Kenang Hj. Rini, juga teman sekantor Yuyun.

Dedikasi Yuyun pun diungkapkan sahabatnya yang lain, Roswita. “Seolah beliau itu tidak mengenal waktu. Banyak teman dapat mengembangkan diri dan wawasannya. Bersama beliau, penanganan covid-19 di Bulukumba bisa berjalan maksimal oleh bidang kesehatan. Posisi beliau sebagai Kasubag Program Dinkes Bulukumba sangat optimal. Dengan dedikasi itu tidak berlebihan jika beliau bisa disebut ssebagai seorang pahlawan pejuang covid-19 di Bulukumba.”

Dalam peradaban manusia, persahabatan adalah sebuah konstruksi kemanusiaan yang unik. Persahabatan bisa melahirkan hubungan emosional tanpa sekat meskipun tanpa hubungan darah.

Seperti yang diungkapkan Cak Din. Dia seorang sahabat Yuyun yang bahkan sudah menganggap Yuyun sebagai saudara kandung.
“Ya, sahabat yang juga serasa saudara kandung.”

Penyuluh di BKKBN ini pun mengurai kenangannya bersama Yuyun. “Kita pernah bekerjasama selama kurang lebih empat tahun membuka kelas jauh Universitas Pancasakti di Bulukumba. Saya banyak menerima ilmu darinya. Dia pun telah berjuang untuk Bulukumba di garda terdepan sebagai bagian Gugus Covid-19.Kak Yuyun orang baik. Insyaa Allah husnul Khotimah.”

Kematian Yuyun merupakan kasus kematian pertama akibat covid-19 di Bulukumba. Juga kasus kematian pertama dari tenaga medis yang juga menjadi bagian dari Satgas COVID-19 dari Dinas Kesehatan.

Juru Bicara Satgas Percepatan Penanggulangan VOVID-19 Bulukumba, M. Daud Kahal, menjelaskan, Yuyun adalah pasien ke 29 yang diketahui terpapar covid-19 berdasarkan hasil swab dari laboratorium di Kabupaten Sinjai.

Sebelum menghadap ke Hadirat Ilahi, Yuyun sempat dirawat di RSUD Sultan Daeng Radja Bulukumba sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dengan gejala sesak napas. Yuyun menghembuskan napas terakhir pada Rabu 17 Juni 2020.

Selamat jalan, pahlawan. Kami selalu mengenangmu.(*)

Liputan: Uno
Editor : Alfian Nawawi

BANTAENGspot_img

28 KOMENTAR

Index