Become a member

Get the best offers and updates relating to Liberty Case News.

― Advertisement ―

spot_img

BEI Dukung Penguatan Ekosistem Pasar Modal Dari Segala Lini

Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyambut baik dan mendukung penuh setiap upaya penguatan ekosistem pasar modal di segala lini. Seperti halnya yang dilakukan...
BerandaNewsVirus Baru Muncul di Afrika, Cuma 48 Jam Nyawa Bisa Melayang

Virus Baru Muncul di Afrika, Cuma 48 Jam Nyawa Bisa Melayang

JALURDUA.COM- Baru-baru ini dunia direpotkan dengan munculnya virus corona, termasuk indonesia cukup serius dalam menangani penyebaran virus corona tersebut.

Namun baru-baru ini dikabarkan muncul virus baru yang konon kabarnya lebih ganas dan mematikan

Rupanya penyakit COVID-19 atau virus corona bukan satu-satunya penyakit yang hadir dalam beberapa waktu terakhir. Sebuah wabah penyakit misterius dikabarkan menyerang Nigeria. Pemerintah mengumumkan ratusan orang sudah terinfeksi.

Sebagaimana dilaporkan The Independent, virus ini awalnya terdeteksi di Beneu, sebelah tenggara ibu kota Abuja sejak Januari lalu. Mereka yang tertular bahkan bisa meninggal hanya dalam waktu 48 jam setelah terinfeksi.

Hingga kini, sebanyak 15 orang meninggal dalam waktu kurang dari seminggu. Wabah penyakit ini disebut pemerintah sebagai “epidemi aneh”, dimana penderitanya akan mengalami muntah, bengkak, dan diare.

“Saat viral 3 Februari lalu, jumlah penderita meningkat menjadi 104 orang,” kata Senator Nigeria Abba Moro, dalam sebuah surat kabar Daily Post, menambahkan korban wabah ini bisa meninggal dalam waktu 48 jam setelah tertular, dan mendesak adanya bantuan ahli untuk mencari tahu soal penyakit ini.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Nigeria Osagie Ehanire meyakini penyakit tersebut bukan berasal dari virus Ebola atau Lassa. Keduanya merupakan virus yang berpotensi fatal yang menyebar di Afrika Barat.

Ia pun meyakini, virus ini bukan corona yang kini mewabah di China. Corona sendiri berpusat di Wuhan, Provinsi Hubei, China, dan telah menewaskan 1000 orang lebih.

Menurutnya Pusat Kontrol Penyakit di Nigeria (NDCD) tengah menginvestigasi soal ini. Pemerintah, menurut BBC, mencurigai bahan kimia yang digunakan untuk menangkap ikan, mungkin bertanggung jawab pada penyakit ini.