Jalurdua.com mengucapkan Selamat Hari Pers Nasional Indonesia 9 Februari 2024

Become a member

Get the best offers and updates relating to Liberty Case News.

― Advertisement ―

spot_img

Saat Demokrasi Nyemplung ke dalam Secangkir Kopi

"Ngopi dulu, jangan kampanye terus, ntar kelebihan suara di TPS. Gak enak sama yang lain," itulah kalimat pertama saya pada seorang caleg muda dalam...
BerandaEdukasiMewabah di Bulukumba, Pendidikan Nol Rupiah "Gema Pandemi"

Mewabah di Bulukumba, Pendidikan Nol Rupiah “Gema Pandemi”

Bulukumba, JalurDua.Com – Pandemi covid-19 ternyata adalah juga masa inkubasi kembang biak inovasi dan kreativitas generasi muda. Salah satunya adalah gerakan sekelompok anak muda di Kabupaten Bulukumba di bidang pendidikan.

Melintasi batas-batas geografis dan ruang sosial tanpa sekat, gerakan nirlaba yang mengidentikkan diri dengan “pendidikan nol rupiah” ini menumpukan materi pengajaran terhadap anak-anak yang sudah sejak lama kehilangan kelas di sekolah. Anak-anak yang dilanda kejenuhan akibat terlalu lama diliburkan dalam masa pandemi.

Semenjak bergulir pada medio Mei 2020, Gerakan Mengajar Pemuda Daerah Mengabdi atau Gema Pandemi telah berhasil membangun lima sektor di lima wilayah kecamatan di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Para mentor atau guru merupakan para relawan asli dari masing-masing dusun atau desa setempat. Ini dilakukan sebagai upaya mencegah interaksi anak-anak dengan orang dari luar.

Anak-anak muda yang bersemangat ini kerap melakukan kombinasi dalam gerakannya. Salah satunya, melakukan sinergi dengan rumah baca atau pun komunitas literasi yang ada di desa. Di antaranya, pojok-pojok baca dari jaringan Gerakan Pojok Baca 137 dan Forum Pustaka Bulukumba. Pun membuka gapura kerjasama dengan organisasi kepemudaan formal seperti remaja masjid dan karang taruna.

Gerakan anak-anak muda ini perlahan mulai mencuri perhatian publik khususnya masyarakat Bulukumba. Para orang tua senang karena anak-anak mereka bisa tetap belajar. Anak-anak lebih senang lagi karena bisa mengobati kerinduan mereka pada sekolahnya.

Di Gema Pandemi justru tersembul keasyikan tersendiri bagi anak-anak. Karena ruang kelas lebih banyak berada di alam terbuka. Dengan begitu improvisasi para relawan pun terasah dengan baik.

Anda masih muda dan ingin berbuat? Bergabunglah bersama Gema Pandemi. Berkawan dan berjejaring dalam koridor kesepahaman dan gagasan bersama Zulkarnain Musada, Ahmad Dahsyat, Muhammad Iksan, Anita Maulidia, Arni Yudistira, dan masih banyak lagi lainnya.(*)