Foto : iNews
Jalurdua.com – Jakarta | Grab mencatat kerugian kuartalan US$1,1 miliar atau setara Rp 15,73 triliun (asumsi Rp 14.300/US$) dan penurunan pendapatan yang lebih buruk dari perkiraan. Penjualannya juga dilaporkan merosot 44% menjadi US$122 juta.
Perusahaan tersebut menggelontorkan uang dalam bentuk insentif untuk menarik pengemudi. Karena pemintaan ride sharing telah kembali dari titik terendah pandemi Covid-19. Selain juga menawarkan promosi pesan-antar makanan yang agresif saat orang mulai makan lebih banyak karena adanya pelonggaran.
“Kami berencana untuk berhati-hati dan disiplin dalam mengalokasikan modal, karena kami menggandakan peluang pertumbuhan jangka panjang dari sesuai permintaan periklanan dan layanan keuangan kami,” jelas Chief Financial Officer Peter Oey, dikutip dari Reuters, Jumat (4/3/2022).
Kerugian sepanjang tahun membengkak menjadi US$3,56 miliar (Rp 50,91 triliun) versus US$2,75 miliar (Rp 39,33 triliun) tahun 2020.
Insentif itu, Reuters melaporkan dapat mendongkrak gross merchandise volume (GMV), volume transaksi, yang naik 26%. Menurut perusahaan pertumbuhan GMV antara kuartal dua dan empat naik 30% ke 35% year-on-year.
Grab diperkirakan akan mencapai titik impas berdasarkan EBITDA dari unit pengiriman makanan di paruh pertama tahun 2023 mendatang.
Grab berjuang untuk mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar menghadapi persaingan yang lebih ketat dari GoTo dan juga Sea Ltd.
Setelah laporan tersebut, saham Grab juga anjlok. Hari Kamis (3/3/2022) dilaporkan saham perusahaan ride-hailing anjlok sebanyak 37%.
Saham Grab tergelincir ke level terendah di US$3,09, menghapus lebih dari US$7 miliar nilai pasarnya. Catatan terbaru ini membuat saham tersebut merosot tiga perempat dari nilainya sejak go public bulan Desember lalu.